Saturday, November 19, 2011

Hal Mengampuni


“Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”
Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” (Matius 18:21-22)

Hal mengampuni merupakan hal yang paling sulit untuk dilakukan oleh hampir semua orang, terutama jika orang yang menyakiti adalah orang terdekat atau orang yang disayangi. Tidak mudah untuk mengampuni kemudian memberi kesempatan yang kedua bagi orang yang sudah menyakiti bahkan menghianati kita. Bahkan rasa sakit hati ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun tanpa ada solusi. Kalaupun ada yang bisa mengampuni, kejadian tersebut akan sangat membekas dalam hati.
Firman Tuhan mengajar kita untuk mengampuni orang yang berbuat salah kepada kita, tidak hanya satu kali saja, bahkan berkali-kali. Ini berarti bahwa pengampunan yang kita berikan adalah pengampunan yang tiada batasnya. Tidak peduli betapa dalam luka hati yang diakibatkan, tugas kita adalah mengampuni orang tersebut.

Mengapa kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita? Karena Yesus sendiri telah mati di atas kayu salib untuk menebus dosa kita.
Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.” Yesaya 53:4-6

Sebesar apapun dosa yang kita perbuat, sebanyak apapun dosa yang kita perbuat juga, darah Yesus selalu menyucikan kita ketika kita datang meminta ampun dan bertobat di hadapanNya. Oleh karena Yesus telah memberi teladan bagi kita, demikianpun kita juga harus berbuat.
Pengampunan sudah diberikan oleh Yesus bagi kita, masakan kita tidak mau mengampuni orang yang telah bersalah kepada kita? Bukankah kita pernah menyakiti hati Tuhan dengan berbuat dosa? Bukankah apa yang kita lakukan dengan kesenangan-kesenangan duniawi justru malah menyakiti hati Tuhan? Tetapi Tuhan dengan penuh kasih selalu mau menerima kita apa adanya. Dan begitu satu kali kita minta ampun, saat itulah juga darahNya menyucikan dan melayakkan kita di hadapanNya. Dan tidak ada satu tuduhanpun yang bisa dilayangkan oleh si iblis kepada kita bahwa kita adalah manusia berdosa, karena darahNya sangatlah cukup untuk menyucikan hidup kita.

Oleh karena itu kita juga harus berbuat hal yang sama kepada orang yang telah menyakiti hati kita. Seburuk atau sejahat apapun orang tersebut, tetap kita harus mengampuninya. Tetapi jika kita sudah mengampuni, peristiwa tersebut masih selalu timbul dalam hati kita bagaimana? Tuhan Yesus selalu mengampuni dan melupakan dosa apa yang telah kita lakukan. Dosa semerah apapun akan dibersihkan seputih salju. Mengampuni dan melupakan adalah kedua hal yang sangat erat yang harus kita lakukan pada saat kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita.
Ingat kisah kedua orang yang ikut disalib di sebelah Yesus pada saat disalibkan? Keduanya adalah penjahat yang telah melakukan banyak perbuatan jahat sehingga mereka dihukum salib. Tetapi salah seorang dari mereka mau menerima Yesus sebagai juruselamat hidupnya, sehingga pada saat itu juga Yesus mengatakan kepadanya bahwa hidupnya telah diselamatkan. Yesus tidak melihat sebesar apapun dosa orang tersebut, Yesus tidak melihat seberapa jahat orang tersebut, tetapi Dia menerimanya dengan penuh kasih.
Seberapa jahatpun orang yang telah menyakiti hati kita, seburuk apapun orang berbuat jahat kepada kita, tetap kita harus mengampuninya tanpa alasan apapun. Ingatlah bahwa Yesus mengampuni kita tanpa memberi syarat apapun. Demikian juga kita harus berbuat kepada orang yang kita ampuni kesalahannya.
Ingatlah bahwa ketika kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita, maka Bapa di surga juga akan mengampuni segala kesalahan kita di hadapanNya (Matius 18:35).

No comments:

Post a Comment